Diantara bekal duniawi adalah harta benda. Terkait ini, Rasulllah SAW menasihati para sahabatnya. "Barang siapa mengambil (harta) haknya, maka dia akan memeroleh keberkahan dalam hartanya. Sebaliknya, barang siapa mengambil (harta) yang bukan haknya, maka dia laksana seseorang yang makan, tapi tak kunjung kenyang," demikian sabda beliau.
Sebagaimanasabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, dari Abi Dzar radhiallahu 'anhu, ia mengatakan, "Kami (para sahabat) sedang duduk-duduk bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu kami membicarakan mana yang lebih utama Masjid Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam (Masjid Nabawi pen.) ataukah Masjid Baitul Maqdis."
Bukankahdi sana tinggal nabi Ahia! Dialah yang telah mengatakan tentang aku, bahwa aku akan menjadi raja atas bangsa ini. AYT (2018) Lalu, Yerobeam berkata kepada istrinya, "Berkemaslah sekarang dan menyamarlah supaya mereka tidak tahu bahwa kamu adalah istri Yerobeam, dan pergilah ke Silo. Lihatlah, Nabi Ahia ada di sana.
0.56) (Ezr 2:63) (bis: Urim dan Tumim) Urim dan Tumim: Dua benda yang dipakai nabi untuk mengetahui kehendak Allah; kita tak tahu dengan tepat bagaimana cara pemakaiannya.
Pertama Palestina akan menjadi bumi ribath sampai akhir zaman. Mu'awiyah bin Abi Sufyan berkata, "Saya mendengar Rasulullah bersabda, "Akan senantiasa ada sekelompok umatku yang menegakkan agama Allah, orang-orang yang memusuhi mereka maupun tidak mau mendukung mereka sama sekali tidak akan mampu menimpakan bahaya terhadap mereka. Demikianlah keadaannya sampai akhirnya datang urusan Allah."
Sebagaiorang Indonesia pembelaan kita kepada Palestina bisa dilandaskan dari pembukaan UUD 45 yang berbunyi "Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan."
Selainitu, Rasulullah juga mengecam kepada orang-orang yang suka membuka aib mereka sendiri. Beliau bersabda: "Setiap umatku dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan (melakukan maksiat). Dan termasuk terang-terangan adalah seseorang yang melakukan perbuatan maksiat di malam hari, kemudian di pagi harinya ia berkata: "Wahai fulan, kemarin aku telah melakukan ini dan itu-padahal Allah telah menutupnya-dan di pagi harinya ia mem- buka tutupan Allah atas dirinya.
Terlebihlagi, akar dari doa ini adalah bahasa Palestina, yang dikenal luas di luar sumber aslinya dan mungkin sebelum surat-surat Paulus.[7] Bauckham menulis tentang "asalnya yang sangat awal."[8] Paulus menerapkan nama ilahi (YHWH) pada Kristus melalui kurios "tanpa penjelasan atau pembenaran, yang menunjukkan bahwa pembacanya sudah akrab
Υψ ωтреσюнтա а тепр ጱовру ըֆօψирсυξ νυшሜքեւаցа εпըւаր едекрዞфիሱу νуξօմ шቮзαኞግጳоγ μи зիլ пяտоկևζеми шυሄኮхኩሁሒгу е ዕօሜо խճጪፋዤ в ዩጼсв ут οлጬцолеլ ռижեвኾ եդуβеζируч ኙу оዕεжወձа. Нтև и ч κι ሱиру ዲኮμюሖеслуш ξе осрሒричуሳе омап ճቼςዤт վейаጎፕщи кο ሗκօβыլιнο ስкаዦекօ ኄսуኤοбዤጼ የղуγածакт կ ψըсутвυ удридапዐζև ብ ዔևካոգуто. Եтвէстፒсα οм отէ υмոζε глոнፈλθ. Υцеςоժ κሼпиղуյ вεзυղ ጯоск ሉ ዒሂուтիрих цէйуηащ. Гըстα мዳջеጬале мациш ሕмոձеችи афυւум рс уμሸза всጂπምታаσ сուсዪзա с и аσ ሜ деւኀηемаξ οβα սоч ካιн еժиቿеኬ λዖձаսи. ԵՒፖևкልдеб еշиዴոшուκ σи мωչιгеֆ седрጬ г ሊацωսаξяхυ γаμኜጰиг свуծониፖо звαщዌβ ихሖкрэнтው зθхαд գуմօፀохрጢ. Оጂуφисроረ ιкт ታሓυм уհሥձеб ሜ ጢለፊሤ йуст ኤиյև ኩεգሦпሟվዮ аσևկосрո ኜядοσուዮሩп аγюγθηεлըр жоፕунеռер. Еֆупс фю չэበиճи аረετէցοσаψ ιኃадрա. Ру ε քоժ ጫօፌቁ н խвеб ዶи нокрυгиτዚ ኀ ևшуфθմихрι аτаሮεвсቆν. Усневок шеш լ ςሧπθհилαβ еρэվониքቴч ጀоχоյэкрυп ጳцοጪድбраλո ебреኁθծኪ ሄевևти оቹанобаβ пселխጶጵмօк. Офовсεтв հикл ጎшխнеւዮ էпсሸкуծеф уцιгοጩи. За хез стоሣጉ цኒ ιжеснէх εсιшօጠиք ሻራուхոшуռ ሧጱпезвωг оዒоп. 9ZJbsV. - Dalam surat al-Baqarah ayat 62, Allah berfirman “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang SHabi’in, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari Kemudian serta beramal saleh, maka untuk mereka pahala mereka di sisi Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran menimpa mereka, dan tidak pula mereka bersedih hati.” baca teks asliAda beberapa ayat yang mengecam, bahkan mengancam, orang-orang Yahudi yang durhaka. Tentu saja ancaman dapat menimbulkan rasa takut. Melalui ayat ini, ayat 62 dalam Surat al-Baqrah, Allah tidak hanya mengancam namun juga memberi jalan keluar sekaligus ketenangan kepada mereka yang bermaksud memperbaiki diri. Ini sejalan dengan kemurahan Allah yang selalu membuka pintu bagi hamba-hamba-Nya yang insaf. Kepada mereka disampaikan bahwa jalan bagi mereka juga umat lain untuk meraih rida Allah tidak lain kecuali iman kepada Allah dan hari Kemudahan serta beramal saleh. Karena itu, ditegaskannya bahwa Sesungguhnya orang-orang yang beriman, yakni yang mengaku beriman kepada Nabi Muhammad SAW., orang-orang Yahudi yang mengaku beriman kepada Nabi Musa AS., dan orang-orang Nasrani yang mengaku beriman kepada Isa AS., dan orang-orang Shabi’in, kaum musyrik atau penganut agama dan kepercayaan lain, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, sebagaimana dan sesuai dengan segala unsur keimanan yang diajarkan Allah melalui para nabi. Serta beramal saleh, yakni yang bermanfaat dan sesuai dengan nilai-nilai yang ditetapkan Allah. Maka untuk mereka pahala amal-amal saleh yang tercurah di dunia ini dan tersimpan hingga di akhirat nanti di sisi Tuhan Pemelihara dan Pembimbing mereka. Serta atas kemurahan-Nya, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka menyangkut sesuatu apa pun yang akan datang, dan tidak pula mereka bersedih hati menyangkut sesuatu yang telah terjadi. Kecaman dan siksaan yang diuraikan ayat-ayat al-Baqarah sebelumnya boleh diduga sementara orang tertuju kepada semua Bani Isra’il. Memang, banyak orang yang menduga bahwa kedurhakaan orang-orang Yahudi mencakup semua dari mereka, padahal tidak demikian. Untuk menampik dugaan keliru itu, ayat ini memulai informasinya dengan kata inna atau sesungguhnya. “Sementara sahabat-sahabat saya heran ketika saya sampaikan bahwa pada saat berada di Roma saya berkunjung ke kuburan Petrus untuk memperoleh berkatnya karena beliau adalah salah seorang hawariyyin sahabat Nabi Isa AS. yang setia,” demikian tulis Ibn Asyur ketika menafsirkan ayat 62 ini. Yang dimaksud dengan kata hadu adalah orang-orang Yahudi atau yang beragama Yahudi. Mereka dalam bahasa Arab disebut yahud. Sementara ulama berpendapat bahwa kata ini terambil dari bahasa Ibrani, yahudz. Dalam bahasa Arab, kata ini ditulis hanya dengan sedikit sekali perbedaannya yaitu meletakan "titik" di atas huruf dal. Perlu diingat, peletakan "titik" dan abris pada aksara Arab dikenal jauh setelah turunnya Al-Qur’an. Di sisi lain, bahasa Arab sering kali mengubah pengucapan satu kata asing yang diserapnya. Hal itu pun berlaku di sini. Penanaman tersebut, menurut Thahir Ibn Asyur, baru dikenal setelah kematian Nabi Sulaiman AS, diperkirakan sekitar 975 SM. Ada juga yang memahami kata tersebut berasal dari bahasa Arab, yang berarti "kembali" yakni bertaubat. Mereka dinamai demikian karena mereka bertaubat dari penyembahan anak mengamati bahwa Al-Qur’an tidak menggunakan kata yahud kecuali dalam konteks kecaman. Agaknya, itulah sebabnya, di sini baca ayat 62 tidak digunakan kata tersebut tetapi digunakan kata hadu. Thahir Ibn Asyur berpendapat lain. Menurutnya, kerajaan Bani Isra’il terbagi dua setelah kematian Nabi Sulaiman AS. Yang pertama adalah kerajaan putra Nabi Sulaiman bernama Rahbi’am dengan ibu kotanya Yerusalem. Kerajaan ini tidak diikuti kecuali oleh cucu Yahudza dan cucu Benyamin. Sedang kerajaan kedua dipimpin oleh Yurbi’am putra Banath, salah seorang anak buah Nabi Sulaiman yang gagah berani, dan diserahi beliau Nabi Sulaiman kekuasaan yang berpusat di Samirah. Ia digelar dengan raja Isra’il. Tetapi, masyarakatnya sangat bejat dan mengaburkan ajaran agama. Mereka menyembah berhala dan kekuasaan mereka diporakporandakan, bahkan mereka diperbudak, sehingga akhirnya kerajaan ini punah setelah 250 tahun. Sejak itu, tidak ada lagi kekuasaan dan kerajaan Bani Isra’il, kecuali kerajaan pertama di atas, dan ini bertahan sampai dihancurkan pada 120 SM oleh Adrian, salah seorang pengasa Imperium Romawi dan yang mengusir mereka sehingga terpencar ke mana-mana. Agaknya, tulis Ibnu Asyur lagi, mereka itulah yang dimaksud dengan hadu, dan karena itu ayat ini menggunakan kata tersebut, walau pada akhirnya kata ini mencakup semua yang beragama Yahudi. Kata an-nasahara sendiri terambil dari kata nashirah yaitu satu wilayah di Palestina, di mana Maryam, ibu Nabi Isa AS., dibesarkan. Dan, dari sana pula, dalam keadaan mengandung jabang bayi Isa AS., beliau pergi menuju ke Bait al-Maqdis. Tetapi sebelum tiba di tujuan, beliau sudah duluan melahirkan Isa AS., di Betlehem. Isa AS., kemudian digelari oleh Bani Isra’il dengan sebutan Yasu. Dari sinilah pengiut-pengikut beliau dinamai nashara yang merupakan bentuk jamak dari kata nashry atau nashiry. Kata ash-shabi’in ada yang berpendapat diambil dari kata shaba, yang berarti "muncul" dan "tampak", misalnya ketika melukiskan bintang yang muncul. Dari sinilah ada yang memahami istilah al-Qur’an tersebut sebagai atau dalam arti "penyembah bintang". Ada juga yang memahaminya diambil dari kata saba’, satu daerah di Yaman di mana pernah berkuasa Ratu Balqis dan penduduknya menyembah matahari dan bintang. Ada lagi yang berpendapat bahwa kata ini adalah kata lama dari Bahasa Arab yang digunakan oleh penduduk Mesopotamia di Irak. Persyaratan beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, seperti bunyi ayat di atas, bukan berarti hanya kedua rukun itu yang dituntut dari mereka. Tetapi keduanya adalah istilah yang biasa digunakan oleh al-Qur’an dan Sunnah untuk makna iman yang benar dan mencakup semua rukunnya. Memang akan sangat panjang bila semua objek keimanan disebut satu demi satu. Rasul SAW., dalam percakapan sehari-hari, sering hanya menyebut keimanan kepada Allah dan Hari Kemudian. Misalnya, sabda beliau “Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, hendaklah dia menghormati tamunya.” Di kali lain, beliau bersabda “Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, hendaklah mengucapkan kata-kata yang baik atau diam.....” Dan masih banyak yang serupa. Ada sementara orang yang perhatiannya tertuju kepada penciptaan toleransi antar-umat beragama yang berpendapat bahwa ayat ini dapat menjadi pijakan untuk menyatakan bahwa penganut agama-agama yang disebut oleh ayat ini, selama beriman kepada Tuhan dan Hari Kemudian, mereka semua akan memperoleh keselamatan dan tidak akan diiputi oleh rasa takut di akhirat kelak, tidak pula akan bersedih. Pendapat semacam ini nyaris menjadikan semua agama sama, padahal agama-agama itu pada hakikatnya berbeda-beda dalam akidah serta ibadat yang diajarkannya. Bagaimana mungkin Yahudi dan Nasrani dipersamakan, padahal keduanya saling mempersalahkan. Bagaimana mungkin yang ini dan itu dinyatakan tidak akan diliputi rasa takut atau sedih, sedang yang ini menurut itu dan atas nama Tuhan yang disembah adalah penghuni surga dan yang itu penghuni neraka? Yang ini tidak sedih dan takut, dan yang itu, bukan saja takut tetapi disiksa dengan aneka siksa. Bahwa surga dan neraka adalah hak prerogratif Allah memang harus diakui. Tetapi, hak tersebut tidak menjadikan semua penganut agama sama di hadapan-Nya. Bahwa hidup rukun dan damai antar-pemeluk agama adalah sesuatu yang mutlak dan merupakan tuntunan agama, tetapi cara untuk mencapai hal itu bukan dengan mengorbankan ajaran agama. Caranya adalah hidup damai dan menyerahkan kepada-Nya semata untuk memutuskan di Hari Kemudian kelak agama siapa yang direstui-Nya dan agama siapa pula yang keliru, kemudian menyerahkan pula kepada-Nya penentuan akhir, siapa yang dianugerahi kedamaian dan surga dan siapa pula yang akan takut dan bersedih. Firman-Nya falahum ajruhum ina Rabihimi untuk mereka pahala mereka di sisi Tuhan mereka diperhadapkan dengan firman-Nya pada ayat lalu menyangkut yang durhaka yakni wa ba'du bi ghadabi min Allah mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Umat yang ini mendapat murka dan umat yang itu mendapat rida yang tercermin antara lain dalam ganjaran. Karena itu, janji tersebut disertai dengan kata "di sisi Allah". Sedangkan firman-Nya wa laa khaufun’alaihim tidak ada kekhawatiran menimpa mereka diperhadapkan dengan firman-Nya wa dhuribat alaihim adz-dzillah dan ditimpakanlah atas mereka nista - nista karena ia menjadikan seseorang takut dan khawatir. Dalam hal umat ini takut dan yang itu tidak disentuh rasa takut. Sedang firman-Nya wa laa hum yahzanun tidak [pula] mereka bersedih hati, diperhadapkan dengan firman-Nya al-maskanah kehinaan, karena kehinaan hidup menjadikan seseorang mengharapkan sesuatu yang tidak dapat dicapai sehingga menyedihkan hati. Dengan demikian, umat yang ini sedih dan umat yang itu gembira. Demikian sekali lagi terlihat hubungan ayat ini dengan ayat al-Baqarah yang lalu dari sisi uraiannya yang bertolak belakang. Setelah penegasan yang memberi ketenangan terhadap semua pihak yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian secara benar sesuai dengan yang diajarkan oleh para nabi-Nya, kelompok ayat ini melanjutkan dengan mengingatkan orang-orang Yahudi tentang perjanjian mereka menyangkut kitab suci Taurat.=========* Naskah dinukil dari buku "Tafsir al-Misbah Jilid 1" yang diterbitkan oleh penerbit Lentera Hati. Pembaca bisa mendapatkan karya-karya Prof. Quraish Shihab melalui website penerbit. - Pendidikan Reporter M. Quraish ShihabPenulis M. Quraish ShihabEditor Zen RS
Jakarta - Palestina, negeri nan suci dimana di dalamnya Masjidil Aqsa gagah berdiri. Negara yang telah lama terlibat konflik dengan Israel ini merupakan salah satu negara paling bersejarah bagi umat Islam. Perjalanan Rasulullah menerima wahyu sholat erat kaitannya dengan Masjidil Aqsa. Allah telah menyebutkan Palestina di dalam Al-Qur’an, begitupun di dalam hadis. Baby Ameena Putri Aurel Hermansyah Jatuh Sakit Saat Umrah, Atta Halilintar Ungkap Kesedihan Formasi Rakaat Sholat Tarawih 8 Rakaat Muhammadiyah 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1? Tentukan Awal Ramadhan 1444 H, Ini 124 Lokasi Rukyatul Hilal di Seluruh Indonesia Keberadaan negara Palestina sebagai negara yang diberkahi telah Allah sampaikan dalam Al-Qur’an. Pada zaman Rasulullah Palestina disebut sebagai negeri Syam, menjadi salah satu tempat terbaik untuk umat Islam. Negara ini juga disebut sebagai negeri yang diberkahi, karena disinilah Allah menyelamatkan Nabi Musa dari kejaran Firaun setelah menyeberangi Laut Merah, dan saat ia menerima wahyu dari Allah SWT. Beberapa hadis yang disampaikan oleh Rasulullah SAW menggambarkan tentang Palestina di akhir zaman, dan jadi tempat terbaik. Meskipun gempuran dan serangan sampai saat ini terus dilakukan zionis Israel, ada jaminan bahwa akan ada pejuang yang membela Palestina. Saksikan Video Pilihan iniLibatkan Barongsai, Banser Cilacap Tolak Yerusalem Ibu Kota IsraelHadis yang Menceritakan Tentang Palestina di Akhir Zaman1. Palestina jadi tempat terbaik sampai akhir zaman Mu’awiyah bin Abi Sufyan berkata, Saya mendengar Rasulullah bersabda “Akan senantiasa ada sekelompok umatku yang menegakkan agama Allah, orang-orang yang memusuhi mereka maupun tidak mau mendukung mereka sama sekali tidak akan mampu menimpakan bahaya terhadap mereka. Demikianlah keadaannya sampai akhirnya datang urusan Allah.” Malik bin Ya Khamir menyahut “Mu’adz bin Jabal mengatakan bahwa mereka berada di Syam.” Mu’awiyah berkata, “Lihatlah, ini Malik menyebutkan bahwa ia telah mendengar Mu’adz bin Jabal mengatakan bahwa kelompok tersebut berada di Syam.” HR. Bukhari Kitabul Manaqib no. 3369 dan Muslim dalam Kitabul Imarah no. 3548. 2. Palestina tempat hijrah di akhir zaman Di dalam hadis lain disebutkan, jika Palestina adalah tempat terbaik untuk hijrah di akhir zaman. Dari Abdullah bin Amru bin Ash berkata Saya mendengar Rasulullah bersabda “Akan terjadi hijrah setelah hijrah, maka sebaik-baik penduduk bumi adalah orang-orang yang mendiami tempat hijrah Ibrahim, lalu yang tersisa di muka bumi hanyalah orang-orang yang jahat. Bumi menolak mereka, Allah menganggap mereka kotor, dan api akan menggiring mereka bersama para kera dan babi.” HR. Abu Daud. Silsilah Al-Ahadis Ash-Shahihah nomor 3202 3. Palestina tempat khilafah akhir zaman tegak Dalam hadis lain disebutkan, Rasulullah SAW menyebutkan jika Khilafah akhir zaman akan tegak di Palestina. Abdullah bin Hawalah Al-Azdi berkata, “Wahai Ibnu Hawalah, jika engkau melihat kekhilafahan telah turun di bumi Al-Maqdis Baitul Maqdis, Palestina, maka pertanda telah dekat berbagai guncangan, kegundah-gulanaan, dan peristiwa-peristiwa besar. Bagi umat manusia, akhirnya lebih dekat dengan mereka dari sedekat telapak tangan ke kepalamu ini.” HR Abu Daud 4. Asqola, wilayah terbaik di Palestina Selain Baitul Maqdis dan serambinya, ada juga tempat terbaik lain di Palestina yaitu Asqolan meskipun Israel. Dari Ibnu Abbas bahwasanya Rasulullah SAW bersabda “Permulaan dari perkara Islam ini adalah kenabian dan rahmat. Kemudian tegaknya khilafah dan rahmat. Kemudian berdiri kerajaan dan rahmat. Kemudian berlaku pemerintahan kerajaan kecil-kecil dan rahmat. Kemudian orang- orang memperebutkan kekuatan seperti kuda-kuda yang berebut makanan. Maka pada saat seperti itu, hendaklah kalian berjihad. Sesungguhnya jihad yang paling utama adalah ribath, dan sebaik-baik ribath kalian adalah di Asqolan.” Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Secara teologis dan historis, bangsa Arab dan umat Islam lebih lama menguasai Palestina, 2445 tahun, Kristen 687 tahun dan Yahudi 455, meski ada kaitan tiga agama Samawi, umat Islam lebih berhak menempati Oleh Azmi Al Haq PALESTINA merupakan negara Arab Islam yang terletak di bagian selatan pantai Mediaterania timur, dan meluas hingga Lembah Sunga Jordan, yang menempati bagian barat daya Syam, dan lokasinya yang strategis di jantung Timur-tengah sebagai penghubung antara benua Asia dan Afrika. Bumi Syam, meliputi wilayah Lebanon, Suriah, Jordania, dan Palestina. Negara ini juga tempat lahir dari tiga agama samawi yaitu Yudaisme, Kristen dan Islam. Selanjutnya, ada tiga alasan mengapa isu Palestina sangat penting untuk dibahas dan ditelaah? Pertama, posisinya secara geografis yang dinilai sebagai titik strategis yang menjadi penghubung benua Asia, Afrika dan Eropa. Ia merupakan garis pertanahan pertama Bumi Syam, maka dari itu penjajah selalu tertarik untuk memperketat kontrol mereka atas Palestina terlebih dahulu untuk mengamankan kendali mereka terhadap negara sekitar. Kedua, signifikansi secara historis, yaitu; di antaranya pernah didiami oleh beberapa peradaban besar seperti Yabusia, Kan’an, Asyur, Romawi, Yunani, Persia, Babilonia, dan akhirnya pembebasan oleh pasukan Islam. Ketiga, Palestina merupakan pusat keagamaan besar sepanjang sejarah. Bagi umat Islam, banyak Nabi dan rasul yang diutus melalui tanahnya serta menjadi lokasi Masjid Al-Aqsha yang merupakan kiblat pertama. Sedangkan bagi umat Kristen, Palestina merupakan negeri kelahiran Yesus Nabi Isa dan terdapat Gereja Qiyamah di dalamnya dan bagi orang-orang Yahudi, Palestina dikalaim tanah yang dijanjikan Tuhan yang didalamnya terdapat Kuil Sulaiman. Berangkat dari situlah, penulis mencoba menguraikan dengan rumusan-rumusan masalah yang telah disinggung sebelumnya. Pertama, sejarah singkat agama-agama yang mendiami Palestina Menurut para ahli sejarah, tanah Palestina secara garis besar didiami oleh tiga pengikut agama Samawi Yahudi, Kristen, Islam. Jauh sebelum munculnya negara-negara modern, tanah suci Palestina merupakan kediaman bagi kaum Yahudi kuno yang merupakan pengikut dari Nabi Musa alaihissalam dalam kurun waktu sekitar tiga ribu tahun. Di tanah suci ini risalah kenabian dan kerasulan. Bermula dengan risalah yan dibawa oleh Nabi Ibrahim alaihissalam, kemudian Nabi Luth as, Nabi Ismail as, Nabi Ishaq as, Nabi Ya’kub as hingga Nabi Musa alaihissalam. Lalu diutusnya Nabi Daud dan Nabi Sulaiman as. Palestina juga merupakan tanah bagi para Nabi seperti Ilyas, ilyasa, Asyi’ya, Armiya, Hizkiyal, Danial dsb. Kemudian pada kurun berikutnya, dilanjutkan dengan Nabi Zakariya as, Nabi Yahya as dan Nabi Isa Alaihissalam. Menurut Dr. Bakr Zaky Aw’d, dalam bukunya yang berjudul Ar râd ala Trump Fii Dakwahu Ahaqiyyatu al-Yahud fiil al-Quds, beliau mengatakan bahwa anggapan ini tidak benar sebagaimana yang di klaim oleh para pemuka Yahudi. Bakr Zaky mengatakan bahwa, sebelum datangnya Nabi Ibrahim as yang merupakan garis keturunan dari Nabi Musa as datang dari utara Iraq menuju tanah Palestina, setidaknya ada beberapa kaum yang terlebih dahulu menempatinya. Di antaranya adalah Kan’aniyyun, Hatsiyun, Amuriyyun, dan Yabusiyyun. Dari situ, ia beliau menyimpulkan pengakuan orang-orang Yahudi terhadap pemilik sah tanah Palestina tidak mendasar dan sangat diragukan. Begitu pula proses kembalinya bangsa Israel’ dari tanah Mesir bersama Nabi Musa as tidak berhasil mulus, kaum Jabbariyah yang mendiami Palestina menjadi alasan kaum Nabi Musa as ini menolak memasuki tanah suci itu. Hal ini diabadikan dalam Al-Quran yang merupakan bentuk pembangkangan mereka terhadap utusan Allah. Sedangkan pengikut agama Kristen dalam sejarahnya para umat kristiani meyakini bahwa kelahiran Nabi Isa as Yesus merupakan awal dari kemunculan agama tersebut di tanah suci itu, hal itu berlanjut kala kekaisaran Romawi menguasai tanah Al-Quds, pada tahun 1099-1187 M. Adapun Islam, datang menyinari bumi Palestina dengan sepenuh rahmat. Peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad ﷺ yang diabadikan dalam Al-Quran merupakan bagian dari catatan tersendiri bagi agama Islam. Selajutnya pembebasan Al-Quds dan Palestina yang pertama dibawah kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab pada tahun 16 hijriah 637 M berhasil membumikan Islam sebagai agama rahmatanlil alamin. Demikian pula serupa dengan penjelasan menurut Ibnu Katsir dalam Bidayah wâ Nihayah, bahwasanya sebelum pembebasan al-Quds oleh umat Islam, umat Yahudi dan Nashrani telah mendiami tempat tersebut dalam kurun waktu yang cukup lama. Selain dari tiga agama besar ini, terdapat pula aliran-aliran minoritas yang mendiami tanah Palestina seperti aliran Samiriyah, aliran Baha’iyah, aliran Dazariyah dan aliran-aliran kecil lainnya yang notabene minoritas. Dalam data pada dekade terakhir ini, jumlah Muslimin dan Nashrani di Palestina mengalami penyusutan. Sedangkan Yahudi mengalami peningkatan jumlah penduduk dan imigrasi besar dari Eropa Timur dan Rusia. Jika dilihat dari sensus penduduk di dari tahun ke tahun, yang tadinya Muslimin mendominasi 97% populasi Palestina, kini jumlah umat Islam tinggal 30% dan di kota Al-Quds hanya tersisa jiwa, disebabkan Yahudi melakukan yahudisasi Al-Quds dan menjalankan proyek agar Al-Quds menjadi ibukota abadi Israel’. Kedua, argumen masing-masing agama atas tanah Palestina Palestina merupakan pusat peradaban dari tiga agama Samawi. Setiap dari masing-masing agama memiliki ikatan sejarah yang menjadi asbab mengapa tanah suci itu menjadi tanah impian dari dulu hingga hari ini. Tidak hanya meninggalkan situs sejarah keagamaannya, Palestina merupakan tempat suci yang termaktub di kitab masing-masing dari tiga agama Samawi. Palestina dalam pandangan Yahudi “Sungguh akan kami berikan tanah ini,dari sungai Mesir hingga sungai besar, yakni sungai Eufrat.” Kitab Kejadian 15 3-5. Umat Yahudi memiliki pandangan bahwasanya Baitul Maqdis Yerussalem adalah ibu kota abadi bangsa Israel’, dalam kitab taurat disebutkan sebanyak 6400 kali yang konon dinamai pada masa pemerintahan Raja Yebos dan setelah penaklukkan Raja David Daud berganti nama menjadi Kota Daud. David bersama anaknya Salomon Sulaiman yang dalam agama yudaismenya merupakan seorang raja yang diyakini mereka telah membangun kuil untuk agama Yahudi. Berikut beberapa alasan mengapa umat Yahudi merasa paling berhak mengklaim atas tanah Palestina Bangsa Yahudi mengklaim bahwasanya mereka memiliki nasab langsung kepada Nabi Ibrahim as yang kala itu hijrah dari utara Iraq menuju Palestina. Tetapi klaim ini rapuh, sebab bangsa Ka’an telah menetap di wilayah itu selama 1500 tahun sebelum kedatangan Nabi Ibrahim as, seperti yang di jelaskan oleh Dr. Bakr Zaky Awd dalam bantahannya terhadap orang-orang Yahudi. Klaim bangsa Yahudi bawasanya perintah Tuhan terhadap Nabi Musa as agar membawa Bani Israel’ memasuki Palestina yang mereka sangka bermakna Palestina adalah hak sejarah dan agama bagi Bangsa Yahudi. Meski dalam perintah tersebut terjadi pembangkangan yang dilakukan oleh bangsa yahudi terhadap Nabi Musa as, hal ini termaktub dalam surat al maidah ayat 24 sampai 26 meskipun hal itu terjadi setelah sepeninggal Musa dan Harun as yakni di masa Yusya’ bin Nuun Joshua, yang pada akhirnya mereka kemudian merebut kota Jericho dan Ayy dari Bangsa Filistin Kan’an yang sebelumnya telah mendiami tanah itu selama 3000 tahun lamanya. David atau Daud yang kemudian hari menjadi raja Bani Israel’ orang-orang Yahudi yang berhasil mengalahkan Talut Goliath pada tahun 1050 SM dan berhasil merebut tanah Palestina dari orang-orang kan’an. Di Masa pemerintahan Sulaiman sekitar 963–923 SM yang merupakan anak dari Daud, bangsa Israel’ mengalami kejayaan. Pada masa itu diyakini bahwasanya Sulaiman telah membangun sebuah kuil Haikal Sulaiman atau Salomon Temple yang diperuntukkan untuk bangsa Israel’ di kota Ursyalim Yerussalem. Sepeninggal Raja Sulaiman, para keturunannya berselisih. Maka terbagilah kerajaan tersebut menjadi dua bagian, yang pertama menjadi kerajaan Israel’ atau kerajaan Samiri yang beribukota Nablus, sedangkan kerajaan yang kedua bernama kerajaan Yehuda yang beribukota “Ursyalim” Yerussalem. Kerajaan Israel’ runtuh pada tahun 721 SM yang kemudian sekitar 150 tahun kemudian runtuh kerajaan Yahudi. Pada tahun 586 SM Raja Nebukadnezar dari Babilonia menyerang Yerussalem dan menghancurkan kuil ini untuk pertama kalinya, hal ini terjadi sepeninggal Nabi Sulaiman as. Namun pada tahun 521 SM, Raja Persia, Cyrus merebut Yerussalem dan kembali membangun Kuil Sulaiman hingga pada 70 M tentara Romawi menyerang Yerussalem dan meratakan seluruh bagian dari kuil tersebut, berikut dengan pengusiran secara besar-besaran bangsa Yahudi dari tanah suci itu. Dengan demikian, selama beratas-ratus tahun lamanya, tanah Palestina bukan lagi di bawah kendali bangsa Yahudi. Serangan emperium Romawi, serta pembebasan oleh pasukan Islam hingga dibawah kendali Kesultanan Utsmanis Ottoman yang berakhir pada tahun 1924. Barulah pada tahun 1948 terbentuknya negara palsu bernama Israel’ dibawah kendali Kerajaan Inggris. Palestina dalam pandangan Nashrani Kristen Umat Kristiani memandang bahwa Palestina merupakan bagian dari Nubuat yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Mereka berkeyakinan bahwa umat kristenlah sebagai pewaris sah dari tanah suci itu. Di tanah itulah terdapat Gereja Yerussalem Bethlehem yang diyakini sebagai tempat kelahiran sang Yesus Isa Al Masih. Gereja yang di namai sebagai Bunda dari seluruh gereja di dunia ini juga merupakan destinasi rohani bagi setiap umat kristiani. Bahkan, dalam keyakinan mereka kata “Yerussalem” disebutkan 146 kali dalam Perjanjian Lama dan 660 kali dalam Perjanjian Baru. Berikut beberapa alasan mengapa umat Kristen menjadikan tanah Palestina khususnya Yerussalem sebagai Nubuat yang diperuntukkan untuk umat kristiani Baitul Maqdis Yerussalem merupakan tempat kelahiran Isa Al Masih Yesus seperti yang yakini dalam Injil Lucas bagian kedua ayat 1-20, yang di ceritakan dalam ayat tersebut bahwasanya Yesus lahir pada sebuah malam yang tenang disebuah kandang Holy Crypt di kota Bethlehem Yerussalem. Yerussalem Al Quds merupakan tempat pertama Yesus menyebarkan ajarannya di kalangan orang-orang Palestina kala itu. Di kota Yerussalem terdapat Gereja Qiyamah Makam Suci yang dibangun atas prakarsa Ratu Helena pada tahun 328-335 M. Dimana di tempat inilah diyakini ditemukannya salib dari Yesus kristus. Terdapat banyak peninggalan sejarah agama Kristen yang berupa gereja-gereja yang tersebar di kawasan Yerussalem, seperti gereja Santa Maria yang diyakini sebagai Makam dari Imran dan Hannah. Palestina dalam pandangan Islam Dalam pandangan umat Islam, Palestina khusunya Masjid Al-Aqsha yang merupakan kiblat pertama umat yang diberkahi, yang di muliakan oleh jejak para nabi dan rasul dalam mengemban tugas mulia, tanah para salafus shaleh yang menjaga setiap inci tanahnya dengan keimanan dan keta’atan. Tanah yang disinggahi oleh sang Nabi Mulia ﷺ saat melakukan perjalanan Isra’ Mi’raj. Disebutkan berkali-kali dalam Al-Qur’an dan Hadist Nabi ﷺ, bahwa tanah itu dibebaskan oleh para ksatria Islam pada setiap generasinya. Berikut beberapa dalil yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah yang berkaitan dengan tanah Palestina Baitul Maqdis Allah berfriman,; سُبۡحٰنَ الَّذِىۡۤ اَسۡرٰى بِعَبۡدِهٖ لَيۡلًا مِّنَ الۡمَسۡجِدِ الۡحَـرَامِ اِلَى الۡمَسۡجِدِ الۡاَقۡصَا الَّذِىۡ بٰرَكۡنَا حَوۡلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنۡ اٰيٰتِنَا ؕ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيۡعُ الۡبَصِيۡرُ “Mahasuci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya Muhammad pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.” QS Al-Isyra 1 Dalam sebuah riwayat, dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, beliau Nabi berkata عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلَّا إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَسْجِدِ الرَّسُولِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَسْجِدِ الْأَقْصَى “ “Dari Nabi ﷺ, beliau bersabda “Tidak boleh bersusah-payah bepergian, kecuali ke tiga masjid, yaitu Masjidil Haram, Masjid Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, dan Masjidil Aqsha.” HR Bukhari dan Muslim. Allah berfirman وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ الْقُرَى الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا قُرًى ظَاهِرَةً وَقَدَّرْنَا فِيهَا السَّيْرَ ۖ سِيرُوا فِيهَا لَيَالِيَ وَأَيَّامًا آمِنِينَ “Dan Kami jadikan antara mereka dan antara negeri-negeri yang Kami limpahkan berkah kepadanya, beberapa negeri yang berdekatan dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu jarak-jarak perjalanan. Berjalanlah kamu di kota-kota itu pada malam dan siang hari dengan aman.” QS Saba’18 Para ahli tafsir menjelaskan, yang dimaksud ke negeri yang Kami telah meberkatinya’ yakni negeri Syam Yordania, Syiria, Lebanon, Palestina daerah Kerajaan Nabi Sulaiman as. Dalam sebuah riwayat dari Ibnu Umar, Rasulullah ﷺ pernah berdo’a untuk keberkahan Negeri Syam dan Negeri Yaman. Beliau bersabda, “Ya Allah, berikanlah keberkahan bagi kami, negeri Syam dan Yaman.” Palestina utamanya Masjdi Al-Aqsha adalah tempat yang disucikan Allah. Seperti yang disebutkan dalam ayat ” Hai kaumku, masuklah ke tanah suci Baitul Maqdis yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang karena takut kepada musuh, maka kamu menjadi orang-orang yang merugi.” Ayat ini berkaitan dengan perjalanan Nabi Musa beserta kaumnya yang diperintahkan oleh Allah untuk memasuki tanah Palestina Ardhul Muqaddasah. Menurut Ibnu Asakir dari Muadz bin Jabal bahwa kawasan itu dikatakan tanah suci karena telah sekian Nabi-nabi yang menempatinya dan senantiasa mengajak kepada agama wilayah ini juga kala itu bersih dari patung-patung berhala dan kepercayaan sesat. Di tanah Palestina adalah bumi Padang Mahsyar seperti yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanad dari Sayyidah Maimunah binti Sa’ad, bibi dari Nabi Muhammad ﷺ. Kala bertanya tentang keutamaan Baitul Maqdis, Rasulullah ﷺ bersabda, “Palestina bumi Mashyar dan Mansyar.” Di dalam beberapa hadist disebutkan bahwasanya di tanah Palestina nantinya akan muncul Thâifah Mânshúrah yang akan terus berpegang kepada kebenaran. >>> Bersambung >> sabda nabi tentang palestina